www.JESOES.com

Alkitab Online Kristiani Indonesia

Website ini berisi seluruh isi Alkitab dari Perjanjian Lama (39 kitab) hingga Perjanjian Baru (27 kitab) beserta perikop (TB), ada 5 buah terjemahan alkitab yaitu:

Untuk membaca Alkitab hanya dalam 1 bahasa terjemahan maka disarankan untuk mengklik salah satu bahasa terjemahan diatas karena lebih cepat loading hanya 1 Alkitab dan meringankan beban Internet anda, jika anda mau membaca beberapa bahasa terjemahan Alkitab sekaligus maka silahkan memakai menu dibawah ini.
Cari isi web dengan Google
(Search by Google)
Cari ayat ayat dalam Alkitab
(Search verses by keywords)
Alkitab (Bible)
Pilih Buku Pasal : Ayat
Choose Book Chapter : Verse
:
Pengkhotbah / Ecclesiastes / 전도서
12345678
- 9 -
101112
Terjemahan Baru 1974
Bahasa Indonesia Sehari Hari 1985

[아가페 쉬운 성경 1994]
Versi Mudah Dibaca 2006

[English Amplified 2015]
9:1-12 = Nasib semua orang sama
(1) Sesungguhnya, semua ini telah kuperhatikan, semua ini telah kuperiksa, yakni bahwa orang-orang yang benar dan orang-orang yang berhikmat dan perbuatan-perbuatan mereka, baik kasih maupun kebencian, ada di tangan Allah; manusia tidak mengetahui apapun yang dihadapinya.
(1) Semua itu kupikirkan dengan seksama. Allah mengatur hidup orang yang baik dan bijaksana, bahkan kalau orang itu membenci atau mencinta. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari.
(1) [Apakah Kematian itu Adil?] Aku memikirkan semua hal ini dengan hati-hati. Aku melihat Allah mengendalikan yang terjadi pada orang baik dan bijak dan hal-hal yang dilakukannya. Orang tidak tahu apakah mereka dikasihi atau dibenci. Dan orang tidak tahu apa yang terjadi kemudian.
(2) Segala sesuatu sama bagi sekalian; nasib orang sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat, orang yang tahir maupun orang yang najis, orang yang mempersembahkan korban maupun yang tidak mempersembahkan korban. Sebagaimana orang yang baik, begitu pula orang yang berdosa; sebagaimana orang yang bersumpah, begitu pula orang yang takut untuk bersumpah.
(2) Memang, nasib yang sama menimpa setiap orang: Orang jujur maupun orang bejat, orang baik maupun orang jahat, orang yang bersih maupun orang yang najis, orang yang mempersembahkan kurban maupun yang tidak. Orang baik tidak lebih mujur daripada orang yang berdosa, orang yang bersumpah sama saja dengan orang yang tidak mau bersumpah.
(2) Ada satu hal yang akan terjadi kepada setiap orang — kita semua mati. Kematian datang kepada orang baik dan orang jahat. Kematian datang kepada orang yang bersih dan yang tidak bersih. Kematian datang kepada orang yang memberikan persembahan dan yang tidak memberikannya. Orang baik akan mati seperti orang berdosa. Orang yang berjanji kepada Allah akan mati seperti orang yang takut berjanji.
(3) Inilah yang celaka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari; nasib semua orang sama. Hati anak-anak manusiapun penuh dengan kejahatan, dan kebebalan ada dalam hati mereka seumur hidup, dan kemudian mereka menuju alam orang mati.
(3) Jadi, nasib yang sama juga menimpa mereka semua. Dan itu suatu hal yang menyedihkan sebagaimana juga segala kejadian di dunia. Selama hidupnya hati manusia penuh kejahatan, dan pikirannya pun penuh kebodohan. Lalu tiba-tiba ia menemui ajalnya.
(3) Semua hal yang akan terjadi dalam hidup ini, hal yang terburuk ialah bahwa semua orang berakhir dengan cara yang sama, tetapi hal ini juga sangat buruk bagi orang yang selalu memikirkan kejahatan dan kebodohan. Dan pikiran itu membawa kepada kematian.
(4) Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati.
(4) Tetapi selama hayat di kandung badan, selama itu ada harapan. Bukankah anjing yang hidup lebih bahagia daripada singa yang tak bernyawa?
(4) Inilah pengharapan bagi orang yang masih hidup — tidak masalah siapa mereka. Perkataan ini benar: “Anjing yang hidup lebih baik daripada singa yang mati.”
(5) Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap.
(5) Setidaknya, orang hidup tahu bahwa ajal menantinya, sedangkan orang mati tidak tahu apa-apa. Baginya tidak ada upah atau imbalan, dan namanya sudah dilupakan.
(5) Orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang mati tidak tahu apa-apa. Orang mati tidak lagi dihargai. Orang segera melupakannya.
(6) Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari.
(6) Rasa cinta, benci serta nafsunya, semuanya mati bersama dia. Ia tidak lagi mengambil bagian apa-apa dalam segala kejadian di dunia.
(6) Setelah mati, cinta, kebencian, dan kecemburuannya akan lenyap. Dan orang mati tidak akan pernah ambil bagian pada yang terjadi di bumi.
(7) Mari, makanlah rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu.
(7) Ayo, makanlah saja dan bergembira, minumlah anggurmu dengan sukacita. Allah tidak berkeberatan, malahan Ia berkenan.
(7) [Nikmati Hidup Selagi Engkau Bisa] Jadi, pergi dan makanlah sekarang dan nikmatilah. Minumlah anggurmu dan berbahagialah. Hal itu benar di hadapan Allah jika engkau melakukannya.
(8) Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu.
(8) Biarlah wajahmu cerah dan berseri.
(8) Pakailah baju yang bagus dan buat dirimu cantik.
(9) Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari.
(9) Nikmatilah hidup dengan istri yang kaukasihi selama hidupmu yang sia-sia, yang diberi Allah kepadamu di dunia. Nikmatilah setiap hari meskipun tidak berguna. Sebab upah jerih payahmu hanya itu saja.
(9) Nikmatilah hidupmu bersama istri yang kaucintai. Nikmatilah setiap hari dalam hidupmu yang singkat. Allah memberi umur yang singkat di bumi kepadamu — dan semuanya milikmu. Jadi, nikmatilah pekerjaanmu selama hidupmu.
(10) Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.
(10) Kerjakanlah segala tugasmu dengan sekuat tenaga. Sebab nanti tak ada lagi pikiran atau kerja. Tak ada ilmu atau hikmat di dunia orang mati. Dan ke sanalah engkau akan pergi.
(10) Setiap kali engkau dapat pekerjaan, lakukan yang terbaik sedapat mungkin. Di kuburan tidak ada pekerjaan. Di sana tidak ada pikiran, pengetahuan, dan hikmat. Dan kita semua akan menuju ke tempat orang mati.
(11) Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua.
(11) Di dunia ini ada lagi yang kulihat: perlombaan tidak selalu dimenangkan oleh pelari cepat, pertempuran tidak selalu dimenangkan oleh orang yang kuat. Orang bijaksana tidak selalu mendapat mata pencaharian. Dan orang cerdas tidak selalu memperoleh kekayaan. Juga para ahli tidak selalu menjadi terkenal. Sebab siapa saja bisa ditimpa nasib sial.
(11) [Hidup ini Tidak Adil] Aku juga melihat hal lain dalam hidup ini yang tidak adil: Pelari tercepat tidak selalu memenangkan pertandingan, tentara terkuat tidak selalu memenangkan peperangan; orang bijak tidak selalu mendapat makanan, orang pintar tidak selalu mendapat kekayaan; orang yang berpengetahuan tidak selalu mendapat pujian yang patut diterimanya. Bila waktunya tiba, hal yang buruk dapat terjadi kepada setiap orang.
(12) Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.
(12) Manusia tidak tahu kapan saatnya tiba. Seperti burung terjerat dan ikan terjala, begitu pula manusia ditimpa bencana pada saat yang tak terduga.
(12) Engkau tidak pernah tahu kapan masa sulit terjadi. Seperti ikan di dalam jaring, atau burung dalam jerat, orang sering terperangkap dalam bencana yang tiba-tiba terjadi kepadanya.
9:13-18 = Hikmat lebih baik dari pada kuasa
(13) Hal ini juga kupandang sebagai hikmat di bawah matahari dan nampaknya besar bagiku;
(13) Berikut ini ada sebuah contoh jitu bagaimana orang menghargai hikmat:
(13) [Kekuatan dari Hikmat] Aku juga melihat orang melakukan hal yang bijaksana dalam hidup ini. Dan itu tampaknya sangat penting bagiku.
(14) ada sebuah kota yang kecil, penduduknya tidak seberapa; seorang raja yang agung menyerang, mengepungnya dan mendirikan tembok-tembok pengepungan yang besar terhadapnya;
(14) Ada sebuah kota kecil yang sedikit penduduknya. Pada suatu hari seorang raja besar datang menyerang kota itu. Ia mengepungnya dan bersiap-siap mendobrak temboknya.
(14) Ada satu kota kecil dengan beberapa orang di dalamnya. Raja yang besar memerangi kota itu dan menaruh tentaranya di sekelilingnya.
(15) di situ terdapat seorang miskin yang berhikmat, dengan hikmatnya ia menyelamatkan kota itu, tetapi tak ada orang yang mengingat orang yang miskin itu.
(15) Di kota itu ada seorang miskin yang bijaksana. Ia dapat menyelamatkan kota itu. Tetapi karena ia miskin, jasanya segera dilupakan dan tak seorang pun ingat kepadanya.
(15) Ada seorang yang bijak di kota itu, ia miskin, tetapi dia memakai hikmatnya untuk menyelamatkan kota itu. Setelah semuanya berakhir, orang melupakan orang miskin itu.
(16) Kataku: "Hikmat lebih baik dari pada keperkasaan, tetapi hikmat orang miskin dihina dan perkataannya tidak didengar orang."
(16) Jadi, benarlah pendapatku bahwa hikmat melebihi kekuatan. Walaupun begitu, hikmat orang miskin tidak diindahkan. Kata-katanya tidak ada yang diperhatikan.
(16) Namun, aku tetap mengatakan bahwa hikmat lebih baik daripada kekuatan. Mereka melupakan hikmat orang miskin dan tidak mau mendengarkan perkataannya, tetapi aku tetap yakin bahwa hikmatlah yang terbaik.
(17) Perkataan orang berhikmat yang didengar dengan tenang, lebih baik dari pada teriakan orang yang berkuasa di antara orang bodoh.
(17) Lebih baik mendengarkan kata-kata tenang seorang berilmu daripada teriakan seorang penguasa dalam kumpulan orang-orang dungu.
(17) Perkataan orang bijak pada tempat yang sunyi terdengar lebih baik daripada teriakan seorang pemimpin di tengah-tengah orang bodoh.
(18) Hikmat lebih baik dari pada alat-alat perang, tetapi satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik.
(18) Hikmat lebih berguna daripada senjata, tetapi nila setitik merusak susu sebelanga.
(18) Hikmat lebih baik daripada pedang dan tombak dalam perang, tetapi satu orang bodoh dapat membinasakan banyak yang baik.
Pengkhotbah / Ecclesiastes / 전도서
12345678
- 9 -
101112